Daripada melulu membahas banjir, terlebih saya sama sekali bukan ahli lingkungan, lebih baik malam ini kita simak wilayah Indonesia bagian timur. Tunggu dulu, bukan berarti tidak peduli dengan saudara saya yang tertimpa musibah lho. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta. Jadi, biarkan media-media mainstream mengupas berita aktualnya dengan perkembangan banjir Jakarta sejak dini hari hingga tengah malam, sedangkan saya memamerkan kenarsisan liburannya. #gakpentingbanget.
Ke Bandung, Surabaya
Karena saya berangkat dari rumah orangtua, tentu saja rute yang saya telusuri singkatnya Bandung - Surabaya Gubeng. Tapi, karena Sidoarjo lebih dekat dengan Wonokromo, maka saya memutuskan untuk turun di stasiun Wonokromo.
Nah, kereta yang saya kendarai yakni Mutiara Selatan, kereta kelas bisnis. Harganya cukup terjangkau, tempat duduk walau tidak mewah namun tetap ergonomis, kemudian lama perjalanannya pun tak terlampau jauh dibanding kereta eksekutif Turangga. Inilah sekilas eksterior dan interior dari gerbong Mutiara Selatan:
Kereta berangkat dari Bandung pukul 17.00. Dapat dipastikan bahwa saya hanya bisa menikmati pemandangan sekitar rel selama satu jam saja, hingga Magrib.
Setelah itu yang terlihat cuma hitam. Gelap. Gulita. Kamu. #eh.
Begitulah suasana dalam kereta, selama 14 jam perjalanan hanya terdengar suara penjaja makanan resmi PT. KAI yang tidak henti berulang-ulang meneriakkan, "nasi goreng, nasi rames, mie rebus, teh manis, kopi, selimut, bantal, handuk basah", dan suara bising decitan roda baja yang bergesekan dengan rel. Untunglah ini bukan kali pertama mengendarai Mutiara Selatan, toh sekitar jam sembilan malam saya sudah bisa terlelap tidur. Sesekali bangun, tapi tidur lagi, hihi. #kebo #modeon
Akhirnya saya terjaga sekitar pukul lima pagi. Saat itu, saya sudah bisa menyaksikan suasana pagi di Jawa Timur, seberkas sinar matahari mulai muncul di ufuk timur. Di wilayah Jombang yang rimbun oleh ladang tebu, terdapat beberapa orang bapak yang menggowes sepeda ontel, siswa-siswi sekolah yang saling boncengan dengan sepeda kumbang dan ada juga yang boncengan dengan sepeda motor Astrea Grand. Kaum ibu pun tak ingin kalah, mereka menggowes sepeda kumbang yang terdapat keranjang di depannya, sepertinya mau ke pasar untuk berbelanja. Di sela-sela mereka terdapat pula Kijang tahun 2000 yang melintas tak terlalu cepat. Mereka semua berkendara beriringan sepagi itu. Sungguh pemandangan yang langka bagi saya. Takjub.
Kemudian setelah Jombang, yaitu di Mojokerto dan Krian saya menyaksikan sekumpulan burung kuntul yang beterbangan, lalu hinggap di hamparan sawah yang sedang dibajak. Jujur, baru kali ini saya melihat rupa dari burung kuntul. Di Jawa Barat, keberadaan burung kuntul hampir dipastikan punah. Salut untuk para petani Jawa Timur yang masih memperhatikan keberlangsungan ekosistem lahan pertaniannya.
Tidak terasa, akhirnya pukul 06.45 Mutiara Selatan tiba di Stasiun Wonokromo. Saya turun dengan menggendong ransel dan menjinjing travel bag, me-recharge hape sebentar lalu mampir ke kamar kecil untuk mencuci muka. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke Sidoarjo dengan menggunakan taksi.
bersambung...
Tags:
piknik
harusnya kamu turun di kmpung halaman ku >>jombang<< :kishishi:
BalasHapushwaaah jadi pengen mudik :cry:
diantosan oleh-olehnya 8-)
ceritamu tentang pagi di jombang sungguh terbayang menyenangkan, soalnya membayangkan sesama pencinta sepeda :)
BalasHapusjadi inget pernah naik kereta dari Jakarta ke Bandung dgn suami nih
ditunggu cerita berikutnya dengan foto foto cantiknya Cepy, makasih
@veny: waah, orang jombang toh :-O
BalasHapushahaha mudik lah :p
siipp, tak kasih sampel lumpur.
terbayang masker muka pake sampel lumpur:s
Hapusterbayang masker muka pake sampel lumpur:s
Hapus@mbak ely: hehe, iya. pemandangan seperti itu sudah langka kalo di jabodetabek mbak :)
BalasHapusoke, siap.. nanti ada postingan tentang museum lho. tunggu ya :kikik:
@veny: keren lho, bikin muka jadi lebih eksotik :D
BalasHapus